Prologue
Periode/zaman Sengoku (戦国時代 Sengoku jidai) atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Warring States Period merupakan salah satu dari sekian banyak pembagian zaman dalam sejarah Jepang. Periode Sengoku merupakan masa dimana kerap terjadi pergolakan sosial, intrik dalam kancah politik, serta konflik militer yang hampir secara konstan berlangsung dari awal abad ke-15 hingga awal abad ke-17. Kata Sengoku sendiri diadopsi oleh pada budayawan Jepang dengan mengacu pada Warring States Period yang ada pada sejarah negara Cina.
Meskipun Ashikaga shogunate berhasil mempertahankan struktur Kamakura bakufu (Kamakura Shogunate) dan membangun prajurit kepemerintahan berdasarkan pada persamaan hak dan kewajiban sosial yang dibuat bersama clan Hōjō dengan Jōei Code pada tahun 1232, hal ini masih dinilai belum berhasil dalam mendapatkan kesetiaan dari para daimyo, terkhusus bagi para daimyo yang menguasai wilayah yang jauh dari Kyoto (yang merupakan Ibu kota jepang pada masa itu). Seiring dengan berembangnya perdagangan dengan negara Cina, ekonomi dalam negeri Jepang mulai berkembang secara signifikan, yang mana hal ini menjadi dasar dalam penggunaan uang sebagai alat pembayaran seiring dengan mulai bermunculannya pasar dan kota-kota perdagangan. Hal ini kemudian diikuti dengan perkembangan dalam sektor pertanian serta perdagangan skala kecil, yang mana hal ini memicu munculnya keinginan untuk mendapatkan otonomi daerah secara menyeluruh terhadap semua tingkatan hierarki sosial. Pada awal abad ke-15, adanya gempa bumi serta wabah yang melanda mengakibatkan banyak kaum petani yang memutuskan untuk melakukan pemberontakan karena merasa terus tertekan dengan hutang dan pajak.
The Ōnin War (1467-1477), merupakan konflik yang diakibatkan oleh tekanan ekonomi serta diperkuat dengan adanya perebutan kekuasaan antara para Shogun, konflik inilah yang kemudian menjadi titik awal dimulainya Periode Sengoku (Sengoku Jidai). Pasukan wilayah timur yang dipimpin oleh keluarga Hosokawa beserta para sekutunya berseteru dengan pasukan wilayah barat yang dipimpin oleh keluarga Yamana, pertempuran ini berlangsung disekitar wilayah Kyoto selama hampir 11 tahun, hingga pada akhirya meluas ke provinsi-provinsi sekitarnya.
Gekokujō
Pergolakan-pergolakan yang terjadi mengakibatkan melemahnya kontrol kekaisaran, hal ini yang memicu munculnya para daimyo guna mengisi kekosongan kekuasaan (vacuum of power) yang terjadi. Pada pergantian kekuasan inilah clan yang terorganisir dengan baik seperti keluarga Takeda dan Imagawa yang berkuasa dibawah otoritas dari Kamakura shogunate dan Muromachi shogunate berhasil memperluas pengaruh mereka. Pada dasarnya banyak clan-clan besar yang ada, namun posisi mereka pada akhirnya tergusur oleh bawahan yang lebih mempunyai kompetensi. Fenomena sosial ini kemudian dikenal dengan istilah gekokujō (下克上), yang secara literal berarti "the underling conquers the overlord".
Salah satu contoh konkret dari gekokujō ini adalah Hōjō Sōun, ia merupakan daimyo yang mempunyai latar belakang orang biasa yang mana kemudian berhasil mendapatkan kekuasaan di provinsi Izu pada 1493. Berkat jasa dari Hōjō Sōun, clan Hōjō terus menjadi penguasa di daerah Kanto sampai pada akhirnya ditaklukan oleh Toyotomi Hideyoshi pada akhir zaman sengoku. Beberapa contoh lainnya antara lain Hosokawa digantikan oleh Miyoshi, Toki digantikan oleh Saito, Shiba digantikan oleh Oda yang mana pada akhirnya kekuasaan Nobunaga Oda digantikan oleh Toyotomi Hideyoshi yang merupakan anak dari seorang petani tanpa nama keluarga.
Kelompok-kelompok religius yang terorganisir dengan baik juga mampu meraih kekuasaan pada periode sengoku dengan cara mempersatukan kaum petani untuk membelot dan melakukan pemberontakan terhadap aturan-aturan para daimyo yang dianggap menyengsarakan rakyat. Para biksu Buddha dari sekte True Pure Land membentuk sejumlah Ikkō-ikki di provinsi Kaga, berhasil mempertahankan kemerdekaan mereka hingga hampir 100 tahun.
Unification
Setelah ketidakstabilan politik serta perang yang terjadi selama hampir satu setengah abad, hampir seluruh wilayah Jepang berada dibawah kekuasaan Oda Nobunaga yang merupakan daimyo pada provinsi Owari (sekarang bernama Prefektur Aichi). Namun sayangnya, impian Oda Nobunaga untuk menyatukan Jepang harus terhenti ketika ia terbunuh oleh Jendralnya sendiri Akechi Mitsuhide di kuil Honnō-ji pada tahun 1582 (yang mana dikenal dengan peristiwa Incident at Honnō-ji).
Kekuasaan Oda Nobunaga kemudian diambil alih oleh Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi yang pada awalnya adalah seorang ashigaru (footsoldier) menjadi salah satu Jendral yang paling dipercaya oleh Oda Nobunaga. Setelah mengambil kesempatan untuk menjadi penerus Nobunaga, Hideyoshi kemudian mengkonsolidasikan kendalinya ke daimyo-daimyo lainnya. Dan walaupun ia mendapatkan sebutan Seii Taishogun karena berasal dari kalangan biasa, ia berhasil memegang kursi kekuasaan sebagai Kampaku.
Pergolakan politik kembali terjadi pada tahun 1598 ketika Hideyoshi meninggal tanpa ada penerus yang mempunyai kompetensi untuk mengambilalih kursi kepemimpinan. Kemudian muncul nama Tokugawa Ieyasu yang mengambil kesempatan guna menjadi penerus kekuasaan.
Sebelum menemui kematian, Hideyoshi menunjuk sekelompok daimyo terkuat di Jepang (Tokugawa, Maeda, Ukita, Uesugi, Mori) untuk mengambil alih kepemimpinan sebagai Council of Five Regents sampai anaknya yang bernama Hideyori dewasa. Kedamaian hanya berlangsung sesaat sampai dengan kematian pemegang kekuasaan dari clan Maeda yaitu Toshiie Maeda pada 1599. Disusul oleh Ishida Mistunari yang menuduh Ieyasu atas ke tidak loyalannya terhadap Toyotomi, yang mana menjadi cikal bakal krisis yang dikenal dengan Battle of Sekigahara pada tahun 1600 yang merupakan salah satu pertempuran terbesar pada periode sengoku. Kemenangan Ieyasu di Sekigahara menandakan berakhirnya rezim Toyotomi. Tiga tahun kemudian, Ieyasu mendapatkan julukan Seii Taishogun, dan membentuk shogunate terakhir di Jepang, shogunate ini bertahan sampai dengan Restorasi Meiji pada tahun 1868.
Pertempuran-pertempuran yang terjadi pada Zaman Sengoku
The Battle of Nagashino, 1575 (Oda-Tokugawa VS Takeda)
Jendral-jendral yang mempunyai peranan penting pada Zaman Sengoku
Oda Nobunaga-The Demon King
Shingen Takeda-The Tiger of Kai
Uesugi Kenshin-The Dragon of Echigo
Yukimura Sanada-The Hero Among Hero
Note :
Untuk beberapa istilah, saya sengaja untuk tidak menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dikarenakan untuk menghindari ketidaksesuaian arti. Untuk beberapa istilah (yang bertanda khusus, berikut akan saya berikan penjelasannya.
1. Shogunate : Comes from the word Shogun, literally means "a commander of a force". The word Shogunate means "a goverment leads by a commander of a force".
2. Jōei Code :The legal code of the Kamakura shogunate in Japan.
3. Ikkō-ikki : Literally "Ikkoshū Uprising", were mobs of peasant farmers, Buddhist monks, Shinto priests and local nobles, who rose up against samurai rule in 15th to 16th century Japan.
4. Seii Taishogun : The governing individual at various times in the history of Japan.
5. Kampaku : Theoretically, it means a sort of chief advisor for the emperor, but was the title of both first secretary and regent who assists an adult emperor.
6. Clan : A group of people united by actual or perceived kinship and descent.
Sumber :Wikipedia dan berbagai sumber lainnya, diterjemahkan dengan disertai beberapa tambahan informasi lainnya.
Periode/zaman Sengoku (戦国時代 Sengoku jidai) atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Warring States Period merupakan salah satu dari sekian banyak pembagian zaman dalam sejarah Jepang. Periode Sengoku merupakan masa dimana kerap terjadi pergolakan sosial, intrik dalam kancah politik, serta konflik militer yang hampir secara konstan berlangsung dari awal abad ke-15 hingga awal abad ke-17. Kata Sengoku sendiri diadopsi oleh pada budayawan Jepang dengan mengacu pada Warring States Period yang ada pada sejarah negara Cina.
(Sengoku jidai)
Meskipun Ashikaga shogunate berhasil mempertahankan struktur Kamakura bakufu (Kamakura Shogunate) dan membangun prajurit kepemerintahan berdasarkan pada persamaan hak dan kewajiban sosial yang dibuat bersama clan Hōjō dengan Jōei Code pada tahun 1232, hal ini masih dinilai belum berhasil dalam mendapatkan kesetiaan dari para daimyo, terkhusus bagi para daimyo yang menguasai wilayah yang jauh dari Kyoto (yang merupakan Ibu kota jepang pada masa itu). Seiring dengan berembangnya perdagangan dengan negara Cina, ekonomi dalam negeri Jepang mulai berkembang secara signifikan, yang mana hal ini menjadi dasar dalam penggunaan uang sebagai alat pembayaran seiring dengan mulai bermunculannya pasar dan kota-kota perdagangan. Hal ini kemudian diikuti dengan perkembangan dalam sektor pertanian serta perdagangan skala kecil, yang mana hal ini memicu munculnya keinginan untuk mendapatkan otonomi daerah secara menyeluruh terhadap semua tingkatan hierarki sosial. Pada awal abad ke-15, adanya gempa bumi serta wabah yang melanda mengakibatkan banyak kaum petani yang memutuskan untuk melakukan pemberontakan karena merasa terus tertekan dengan hutang dan pajak.
(The Ōnin War)
The Ōnin War (1467-1477), merupakan konflik yang diakibatkan oleh tekanan ekonomi serta diperkuat dengan adanya perebutan kekuasaan antara para Shogun, konflik inilah yang kemudian menjadi titik awal dimulainya Periode Sengoku (Sengoku Jidai). Pasukan wilayah timur yang dipimpin oleh keluarga Hosokawa beserta para sekutunya berseteru dengan pasukan wilayah barat yang dipimpin oleh keluarga Yamana, pertempuran ini berlangsung disekitar wilayah Kyoto selama hampir 11 tahun, hingga pada akhirya meluas ke provinsi-provinsi sekitarnya.
Gekokujō
Pergolakan-pergolakan yang terjadi mengakibatkan melemahnya kontrol kekaisaran, hal ini yang memicu munculnya para daimyo guna mengisi kekosongan kekuasaan (vacuum of power) yang terjadi. Pada pergantian kekuasan inilah clan yang terorganisir dengan baik seperti keluarga Takeda dan Imagawa yang berkuasa dibawah otoritas dari Kamakura shogunate dan Muromachi shogunate berhasil memperluas pengaruh mereka. Pada dasarnya banyak clan-clan besar yang ada, namun posisi mereka pada akhirnya tergusur oleh bawahan yang lebih mempunyai kompetensi. Fenomena sosial ini kemudian dikenal dengan istilah gekokujō (下克上), yang secara literal berarti "the underling conquers the overlord".
(Hōjō Sōun)
Salah satu contoh konkret dari gekokujō ini adalah Hōjō Sōun, ia merupakan daimyo yang mempunyai latar belakang orang biasa yang mana kemudian berhasil mendapatkan kekuasaan di provinsi Izu pada 1493. Berkat jasa dari Hōjō Sōun, clan Hōjō terus menjadi penguasa di daerah Kanto sampai pada akhirnya ditaklukan oleh Toyotomi Hideyoshi pada akhir zaman sengoku. Beberapa contoh lainnya antara lain Hosokawa digantikan oleh Miyoshi, Toki digantikan oleh Saito, Shiba digantikan oleh Oda yang mana pada akhirnya kekuasaan Nobunaga Oda digantikan oleh Toyotomi Hideyoshi yang merupakan anak dari seorang petani tanpa nama keluarga.
Kelompok-kelompok religius yang terorganisir dengan baik juga mampu meraih kekuasaan pada periode sengoku dengan cara mempersatukan kaum petani untuk membelot dan melakukan pemberontakan terhadap aturan-aturan para daimyo yang dianggap menyengsarakan rakyat. Para biksu Buddha dari sekte True Pure Land membentuk sejumlah Ikkō-ikki di provinsi Kaga, berhasil mempertahankan kemerdekaan mereka hingga hampir 100 tahun.
Unification
Setelah ketidakstabilan politik serta perang yang terjadi selama hampir satu setengah abad, hampir seluruh wilayah Jepang berada dibawah kekuasaan Oda Nobunaga yang merupakan daimyo pada provinsi Owari (sekarang bernama Prefektur Aichi). Namun sayangnya, impian Oda Nobunaga untuk menyatukan Jepang harus terhenti ketika ia terbunuh oleh Jendralnya sendiri Akechi Mitsuhide di kuil Honnō-ji pada tahun 1582 (yang mana dikenal dengan peristiwa Incident at Honnō-ji).
(Incident at Honnō-ji).
Kekuasaan Oda Nobunaga kemudian diambil alih oleh Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi yang pada awalnya adalah seorang ashigaru (footsoldier) menjadi salah satu Jendral yang paling dipercaya oleh Oda Nobunaga. Setelah mengambil kesempatan untuk menjadi penerus Nobunaga, Hideyoshi kemudian mengkonsolidasikan kendalinya ke daimyo-daimyo lainnya. Dan walaupun ia mendapatkan sebutan Seii Taishogun karena berasal dari kalangan biasa, ia berhasil memegang kursi kekuasaan sebagai Kampaku.
Pergolakan politik kembali terjadi pada tahun 1598 ketika Hideyoshi meninggal tanpa ada penerus yang mempunyai kompetensi untuk mengambilalih kursi kepemimpinan. Kemudian muncul nama Tokugawa Ieyasu yang mengambil kesempatan guna menjadi penerus kekuasaan.
(Battle of Sekigahara)
Sebelum menemui kematian, Hideyoshi menunjuk sekelompok daimyo terkuat di Jepang (Tokugawa, Maeda, Ukita, Uesugi, Mori) untuk mengambil alih kepemimpinan sebagai Council of Five Regents sampai anaknya yang bernama Hideyori dewasa. Kedamaian hanya berlangsung sesaat sampai dengan kematian pemegang kekuasaan dari clan Maeda yaitu Toshiie Maeda pada 1599. Disusul oleh Ishida Mistunari yang menuduh Ieyasu atas ke tidak loyalannya terhadap Toyotomi, yang mana menjadi cikal bakal krisis yang dikenal dengan Battle of Sekigahara pada tahun 1600 yang merupakan salah satu pertempuran terbesar pada periode sengoku. Kemenangan Ieyasu di Sekigahara menandakan berakhirnya rezim Toyotomi. Tiga tahun kemudian, Ieyasu mendapatkan julukan Seii Taishogun, dan membentuk shogunate terakhir di Jepang, shogunate ini bertahan sampai dengan Restorasi Meiji pada tahun 1868.
Pertempuran-pertempuran yang terjadi pada Zaman Sengoku
The Battle of Nagashino, 1575 (Oda-Tokugawa VS Takeda)
Jendral-jendral yang mempunyai peranan penting pada Zaman Sengoku
Oda Nobunaga-The Demon King
Shingen Takeda-The Tiger of Kai
Uesugi Kenshin-The Dragon of Echigo
Yukimura Sanada-The Hero Among Hero
Note :
Untuk beberapa istilah, saya sengaja untuk tidak menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dikarenakan untuk menghindari ketidaksesuaian arti. Untuk beberapa istilah (yang bertanda khusus, berikut akan saya berikan penjelasannya.
1. Shogunate : Comes from the word Shogun, literally means "a commander of a force". The word Shogunate means "a goverment leads by a commander of a force".
2. Jōei Code :The legal code of the Kamakura shogunate in Japan.
3. Ikkō-ikki : Literally "Ikkoshū Uprising", were mobs of peasant farmers, Buddhist monks, Shinto priests and local nobles, who rose up against samurai rule in 15th to 16th century Japan.
4. Seii Taishogun : The governing individual at various times in the history of Japan.
5. Kampaku : Theoretically, it means a sort of chief advisor for the emperor, but was the title of both first secretary and regent who assists an adult emperor.
6. Clan : A group of people united by actual or perceived kinship and descent.
Sumber :Wikipedia dan berbagai sumber lainnya, diterjemahkan dengan disertai beberapa tambahan informasi lainnya.
Advertisement
EmoticonEmoticon